Seputar Penyakit Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)
Saturday, March 29, 2014
Info Penyakit,
Penyakit Paru Dan Pernafasan,
Seputar Penyakit Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)
Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.
Penyebab
Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.
Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru).
Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap.
Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.
Gejala
Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:
- batuk,
- demam,
- menggigil,
- sesak nafas, dan
- merasa tidak enak badan.
Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:
- sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan,
- batuk kering,
- nafsu makan berkurang, dan
- penurunan berat badan.
Diagnosa
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
* Rontgen dada
* Tes fungsi paru
* Hitung jenis darah
* Pemeriksaan antibodi
* Presipitan aspergillus
* CAT scan dada resolusi tinggi
* Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.
Pengobatan
Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone). Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.
Penyebab
Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.
Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru).
Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap.
Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.
Gejala
Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:
- batuk,
- demam,
- menggigil,
- sesak nafas, dan
- merasa tidak enak badan.
Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:
- sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan,
- batuk kering,
- nafsu makan berkurang, dan
- penurunan berat badan.
Diagnosa
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
* Rontgen dada
* Tes fungsi paru
* Hitung jenis darah
* Pemeriksaan antibodi
* Presipitan aspergillus
* CAT scan dada resolusi tinggi
* Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.
Pengobatan
Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone). Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.
0 Response to "Seputar Penyakit Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)"
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...