Pandangan dari Tribun Timur (Jauh): Mempertahankan rekor

Setelah melihat Chelsea meraih kemenangan atas Swansea di Stamford Bridge pada hari Minggu, saya menjadi tak yakin apakah lebih baik menonton pertandingan lainnya atau tidur.

Karena baru menjelang tengah malam, saya pikir masih terlalu awal untuk tidur, sehingga saya menonton pertandingan La Liga antara Malaga dan Getafe, sampai akhirnya cukup jelas bahwa Malaga akan meraih kemenangan.

Jadi saya memindahkan saluran ke Arsenal dan Manchester United, yang mana digembar-gemborkan oleh TV lokal sebagai “Pertarungan Para Raksasa” atau kalimat superlatif semacamnya.

Saya pikir pertandingannya pasti cukup besar karena seseorang membangunkan para tetangga dengan teriakannya ketika Man U mencetak gol. Tetapi ini adalah pertandingan yang saya benar-benar tidak tertarik untuk menontonnya.

Bukannya saya tidak menikmati pertandingan sepakbola yang bagus, tetapi bagaimana Anda bisa tertarik untuk menonton pertandingan ketika Anda berharap tidak ada tim yang mencetak gol? Dan saya cukup yakin saya bukan satu-satunya fan Chelsea yang merasa seperti itu.

Jelas, kemenangan bagi Arsenal bukanlah hal yang baik bagi kepentingan kami. Melihat bagaimana persaingan memperebutkan tempat ke Liga Champions semakin panas, tidak ada fan Chelsea yang ingin melihat tim kami tergeser dari posisi ketiga oleh The Gunners, terlebih setelah kami menang atas Swansea.

Tapi meski saya tidak tertarik melihat Arsenal menang, saya juga tidak terlalu tertarik melihat mereka kalah. Pertama, bagaimana mungkin saya akan pernah mendukung Man U? Kedua, bagaimana mungkin saya ingin melihat mereka mendekati rekor poin terbanyak dalam satu musim Premier League yang masih kita pegang?

Jadi hasil seri adalah yang terbaik bagi kami, dan meski tak meniru orang tadi ketika peluit panjang berbunyi, saya membiarkan diri saya gembira dan meninju udara. Bagaimanapun, ini adalah akhir pekan yang cukup baik dengan Spurs dan Arsenal kehilangan poin dan Super Frank semakin mendekati rekor gol Bobby Tambling.

Tetapi meski saya yakin sebagian besar dari kita bahagia karena The Gunners kehilangan poin, saya sendiri lebih gembira karena Man U tidak memiliki kesempatan untuk melewati rekor 95 poin yang pernah dibuat oleh skuat kami di musim 2004-05.

Rekor jelas dibuat untuk dipecahkan lagi, tetapi saya yakin banyak fans The Blues yang tidak ingin melihat salah satu rekor terhebat kami dipecahkan oleh tim dari Old Trafford tersebut. Apalagi sebelumnya manajer mereka terus menerus membicarakan hal itu untuk membuat kita melupakan fakta bahwa timnya sebenarnya terlihat biasa saja karena tereliminasi dari kompetisi lainnya (dua kali diantaranya disingkirkan oleh Chelsea).

Jadi rekor poin kami masih aman, begitu pula dengan rekor kebobolan paling sedikit dalam semusim (15 gol di 2004-05) dan gol terbanyak dalam semusim (103 di musim 2009/10). Jangan lupa juga rekor tak terkalahkan di kandang paling lama di liga (86 pertandingan, sejak Februari 2004 hingga Oktober 2008).

Sementara kita bergembira karena pencapaian para pemain kami seperti Frank ketika ia nanti mencapai rekor 202 gol, kita bisa lebih bangga lagi dengan rekor klub, yang merupakan hasil dari kerja keras tim di sepanjang musim. Tentu saja, memenangkan trofi selalu menyenangkan, tetapi rekor merupakan kebanggaan yang bisa kita angkat di atas segalanya.

Dan kita juga bisa menggunakannya untuk berdebat dengan fans lawan ketika mereka mencoba untuk membandingkan pencapaian klub mereka dengan klub kita.

Rekor kami di musim 2004-05 pun terus bertahan. Sampai kami memecahkannya lagi, tentu.

Pandangan dari Tribun Timur (Jauh): adalah pemikiran dari seorang penulis di Singapura yang telah mengikuti The Blues dari jauh sejak era Kerry Dixon dan Pat Nevin.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pandangan dari Tribun Timur (Jauh): Mempertahankan rekor"

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...