Diagnosis Penyakit Kulit Dermatitis Perioral

Niotolovo - Dermatitis perioral merupakan peradangan pada kulit dengan bentukan berupa papula dan pustula di daerah pefiorificial yaitu di sekitar mulut. Paling banyak  terjadi pada wanita, meskipun papular varian yang berbeda bisa terjadi pada anak-anak. Klinis dan histologis fitur dari lesi dermatitis perioral mirip dengan rosasea. Pasien memerlukan pengobatan sistemik atau perawatan topikal. Peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar hidung). Dari wajah dengan bentuk efloresensi berupa papul-papul eritomatosa yang mengalami pustulasi, erupsi yang kronik berbatas tegas, dan dapat berupa squama yang eksematosa pada wajah.

Epidemiologi
Epidemiologi penyakit ini dipengaruhi oleh seks dan umur sering timbul pada wanita dengan usia antara 20-45 tahun, jarang dialami oleh laki-laki tapi saat ini mulai sering timbul karena banyak laki-laki yang mulai memakai kosmetik. Dermatitis perioral sangat jarang terjadi, bisa ada kecenderungan  kambuh pada orang yang sebelumnya pernah mengalaminya.

Etiologi
Hingga saat ini penyebab dari perioral dermatitis masih belum diketahui. Namun timbulnya perioral dermatitis dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain  alergi mengeluh perih apabila terkena panas, sinar matahari, parfum, angin, kosmetik dan sabun. Penyakit ini dapat berkembang menjadi kronis, namun umumnya dapat sembuh sendiri.

1. Obat
Banyak pasien penyalahgunaan steroid topikal. Tidak ada korelasi yang jelas antara risiko perioral dermatitis dan kekuatan steroid atau lamanya penggunaan.

2. Kosmetik
Fluorine pasta gigi,krim dan salep perawatan kulit, terutama yang memiliki bahan dasar petrolatum atau parafin, dan isopropil myristate dicurigai menjadi faktor penyebab. Dalam sebuah penelitian di Australia, didapatkan hasil bahwa selain pelembab dan krim malam menghasilkan 13-kali lipat peningkatan risiko untuk perioral dermatitis. Kombinasi pelembab dan foundation secara signifikan meningkatkan risiko perioral dermatitis, sedangkan pelembab saja tidak. Baru-baru ini, tabir surya telah diidentifikasi sebagai penyebab dermatitis perioral pada anak-anak.

3. Faktor fisik
Sinar UV, panas dapat memperburuk dermatitis.

4. Faktor Microbiologic
Spirilla Fusiformis bakteri, Candida spesies, dan lainnya Kehadiran mereka tidak memiliki relevansi klinis yang jelas.selain itu kandidiasis di duga memicu perioral dermatitis.

5. Faktor hormonal dicurigai karena kerusakan pramenstruasi yang diamati.

Patogenesis
Terjadi keradangan pada kulit di papilla dermis berupa udem dan vasodilatasi disertai timbulnya sel-sel radang infiltrat, tidak jarang timbul juga vasculitis. Sedangkan untuk timbulnya dermatitis perioral yang dipicu oleh pasta gigi berflouride tinggi  karena senyawa flourine dalam flouride adalah unsur halogen yang bersifat korosif dan mudah terkombinasi atau menyatu dengan elemen lain kecuali gas inert. Flouride dipastikan mempunyai kemampuan untuk memacu dan menyebabkan inflamasi. Stone dan willis  mendemonstrasikan respon meningkatnya inflamasi jika flouride diberikan di bagian tubuh yang meradang sedangkan Douglas menyelidiki bahwa stomatitis sekunder dapat timbul karena flouride.

Gejala Klinis
Gejala dari dermatitis perioral berupa timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan eritematosa yang ukurannya 1-2 mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan nasolabial, dan daerah periorbital 2 umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau pada bibir atas dan menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang masih normal, akhirnya dapat menyebar di alis, glabella atau keduanya sekaligus, penderita mengeluh gatal dan rasa seolah terbakar.

Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan bisa saja tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun. Karena tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dalam waktu yang singkat maka banyak wanita berusaha untuk menutupi ruam merah dengan memakai krim, padahal saat ini banyak krim yang mengandung bahan kimia sintetik yang justru akan memperparah ruam.

Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, gambaran klinis dan distribusi lesi, Diagnosis kunci adalah lokasi pada bibir dan daerah lipatan nasolabial dan ada pemicu seperti alergi terhadap sinar matahari, acne, rosasea, infeksi dermodex, kandidiasis, jamur, pityrosporum, penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride tinggi, penggunaan kortikosteroid (elocon, lotrisene, lidex, termovate sering pula dipicu oleh kortikosteroid untuk tetes hidung dan pemakaian cream moisturizer.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ada 2 macam secara medikamentosa dan non medikamentosa yaitu :
a). Medikamentosa
- untuk terapi sistemik dapat diberikan antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg 2x1 hari selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa diberikan minocyclin 50-100 mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun berikan erithromycin, zithromax atau biaxin.

- pada anak-anak dan ibu hamil sebaiknya berikan obat topikal saja untuk menghindari kotraindikasi.

b). Non Medikamentosa
- Nol-terapi yaitu menghentikan penggunaan semua obat-obatan topikal dan kosmetik yang menjadi faktor penyebab dermatitis perioral. Hal ini efektif untuk kasus-kasus yang berhubungan dengan penyalahgunaan steroid atau terhadap kosmetik yang dicurigai. Dalam setiap kasus, keadaan yang semakin buruk dapat terjadi pada awal pengobatan, terutama jika steroid topikal dihentikan, pasien harus diberi penjelasan tentang komplikasi ini. Pada kondisi penyalahgunaan topikal steroid dalam jangka yang panjang maka, steroid disapih dengan dosis rendah 0,1-0,5% berupa krim hidrokortison.

- Berikan informasi pada penderita bahwa sewaktu-waktu penyakit ini dapat kambuh lagi. Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka tidak boleh digosok dengan kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang menggunakan moisturizer dan cream.

Komplikasi
Dapat berupa problem emosional psikologis karena sifat lesi hilangnya lama dan lesi di wajah mempengaruhi kepercayaan diri penderita. Dan timbulnya rebound effect karena penggunaan kortikosteroid dan dapat timbul jaringan parut atau skar.

Sumber: drsenno84.blogspot.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Diagnosis Penyakit Kulit Dermatitis Perioral"

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...