Ikatan Seorang Mukmin
“Kalian akan melihat orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang dan cinta di antara mereka seperti satu tubuh, yang bila sebahagiannya terluka, maka bagian lainnya ikut merasakan sakit” (HR. Bukhari).
Tak sedikit orang beriman di masa Rasulullah SAW, adalah orang-orang yang sebelumnya memusuhi Nabi sekaligus perjuangannya. Namun setelah beriman seperti Umar bin Khattab r.a, mereka adalah bekas musuh yang sangat taat. Merekalah yang kemudian menjadi orang-orang yang gigih berjuang bersama Nabi SAW, dan yang sangat kuat membentuk identitas orang mukmin yang saling merangkul dan menebar kasih sayang. Sehingga umat Islam bangkit berabad-abad lamanya, dan Islam tersebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negeri kita.
Tradisi seperti itu dipelihara oleh kakek nenek kita. Mereka pun berjuang mati-matian bersama-sama mempertahankan agama dari serangan-serangan penjajah yang ingin menguasai. Tak terhitung harta benda, waktu, pikiran, dan bahkan nyawa dikorbankan. Dalam keadaan tak menentu karena perang, mereka masih menyempatkan diri untuk mengajarkan ilmu (terutama ilmu agama) kepada generasi penerusnya, agar tongkat estafet umat bisa diteruskan. Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib kita hari ini seandainya mereka lebih memilih tak melakukan itu semua.
Namun setelah tongkat estafet itu sampai kepada kita, tak sedikit yang mengabaikannya. Banyak yang mengalihkan perjuangan yang mengutamakan harta dan kedudukan, sehingga tega memilih menciptakan permusuhan dengan sesama. Kasih sayang dan kecintaan dengan sesama pun pudar dan bahkan berantakan. Singkatnya, sebahagian kita telah menanggalkan perilaku-perilaku orang mukmin yang bersaudara.
Tak sedikit orang beriman di masa Rasulullah SAW, adalah orang-orang yang sebelumnya memusuhi Nabi sekaligus perjuangannya. Namun setelah beriman seperti Umar bin Khattab r.a, mereka adalah bekas musuh yang sangat taat. Merekalah yang kemudian menjadi orang-orang yang gigih berjuang bersama Nabi SAW, dan yang sangat kuat membentuk identitas orang mukmin yang saling merangkul dan menebar kasih sayang. Sehingga umat Islam bangkit berabad-abad lamanya, dan Islam tersebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negeri kita.
Tradisi seperti itu dipelihara oleh kakek nenek kita. Mereka pun berjuang mati-matian bersama-sama mempertahankan agama dari serangan-serangan penjajah yang ingin menguasai. Tak terhitung harta benda, waktu, pikiran, dan bahkan nyawa dikorbankan. Dalam keadaan tak menentu karena perang, mereka masih menyempatkan diri untuk mengajarkan ilmu (terutama ilmu agama) kepada generasi penerusnya, agar tongkat estafet umat bisa diteruskan. Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib kita hari ini seandainya mereka lebih memilih tak melakukan itu semua.
Namun setelah tongkat estafet itu sampai kepada kita, tak sedikit yang mengabaikannya. Banyak yang mengalihkan perjuangan yang mengutamakan harta dan kedudukan, sehingga tega memilih menciptakan permusuhan dengan sesama. Kasih sayang dan kecintaan dengan sesama pun pudar dan bahkan berantakan. Singkatnya, sebahagian kita telah menanggalkan perilaku-perilaku orang mukmin yang bersaudara.
0 Response to "Ikatan Seorang Mukmin"
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...