Seputar Penularan Penyakit Rabies

Rabies adalah merupakan ensefalitis yang disebabkan oleh virus rabies menyebar dan mematikan bagi orang-orang dari air liur hewan yang terinfeksi. Virus rabies biasanya ditularkan melalui gigitan.

Hewan yang paling mungkin untuk menularkan rabies di Amerika Serikat termasuk kelelawar, anjing hutan, rubah, musang dan sigung. Di negara-negara berkembang di Afrika dan Asia Tenggara, anjing-anjing liar adalah yang paling mungkin untuk menyebarkan rabies kepada orang-orang.

Pada hewan yang menderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi tinggi pada air ludahnya, oleh karena itu penularan umumnya melalui suatu luka gigitan. Infeksi rabies pada hewan ditandai dengan mencari tempat yang dingin diikuti dengan sikap curiga dan menyerang apa saja yang ada disekitarnya, hipersalivasi, paralisa dan mati. Sedangkan gejala rabies pada manusia yang menyolok berupa rasa takut air (hydrophobia) dan gejala-gejala encephalitis.

Tanda-tanda rabies
Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak (encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada. Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8 minggu. Pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1 sampai 3 bulan.

Tanda klinis pada anjing dan kucing hampir sama gejala-gejala, penyakit ini dikenal dalam tiga bentuk yaitu:

a. Bentuk ganas (furious rabies) masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2 sampai 5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat.

b. Bentuk diam atan dungu (dumb rabies) disini terjadi kelumpuhan (paralisa) sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh dan masa eksitasi pendek.

c. Bentuk asymptomatis disini memperlihatkan kejadian dimana hewan tiba-tiba mati dengan tidak menunjukan gejala-gejala sakit.

Selain dari ketiga bentuk tanda klinis rabies pada anjing dan kucing bisa dijumpai tanda-tanda lain yang sering terlihat sebagai berikut:
- Pada phase prodromal hewan mencari tempat-tempat yang dingin dan menyendiri, tetapi dapat lebih menjadi agresif dan nervous. Reflek cornea berkurang/hilang, pupil meluas dan cornea kering.

- Pada phase exitasi hewan akan menyerang siapa saja yang ada disekitamya dan memakan barang yang aneh-aneh. Dengan berlanjutnya penyakit, mata mejadi keruh dan selalu terbuka.

- Pada phase paralisa cornea kering, mata terbuka dan kotor, semua reflek hilang dan mati.
Tanda klinis pada hewan pemamah biak dapat dilibat seperti gelisah, gugup, liar dan adanya rasa gatal pada seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya hewan mati. Pada hari pertama atau kedua gejala klinis terlihat biasanya temperatur normal, anorexia, eskpresi wajah berubah dari biasa, sering menguak dan ini merupakan tanda yang spesiftk bagi hewan yang menderita rabies.

Cara penularan rabies
Masa inkubasi pada anjing dan kucing kurang lebih dua minggu (10 hari sampai 8 minggu). Pada manusia 2 sampai 3 minggu, yang paling lama satu tahun tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka gigitan, dalam atau tidaknya luka, luka tunggal atau banyak dan dekat atau tidaknya luka dengan susunan syaraf pusat.

Virus ditularkan tenrtama melalui luka gigitan, oleh karena itu bangsa carnivora adalah hewan yang paling utama (efektif) sebagai penyebar rabies antara hewan atau manusia.
Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat suntikan selama 14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui syaraf perifer dengan kecepatan 3mm per jam (dean dkk, 1963) kemudian virus berkembang biak di sel-sel syaraf terutama di hypocampus, sel purkinye dan kelenjar ludah akan terus infektif selama hewan sakit.

Pencegahan rabies
Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan dalam pelaksanaannya akan bekerjasama dengan semua isntansi. Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman khusus berlandaskan pada surat keputusan bersama antara menteri Kesehatan, Menteri pertanian dan Menteri Dalam Negeri tentang pencegahan dan penanggulangan rabies.

Adapun langkah-langkah pencegahan rabies dapat dilihat dibawah ini:
- Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.

- Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies.

- Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-daerah bebas rabies.

- Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.

- Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing yang telah divaksinasi.

- Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak betuan dengan jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.

- Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.

- Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera nan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.

- Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurang-kurangnya 1 meter.

Tanda terhadap hewan menderita rabies
Apabila ada informasi hewan tersangka rabies atau menderita rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila setelah dilakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata hewan itu masih hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya setelah divaksinasi, atau dapat dimusnahkan apabila tidak ada pemilikinya.

Vaksinasi rabies dan manfaat terhadap anjing, kucing dan kera
Vaksin rabies telah dikenal sejak tahun 1879 dibuat pertama kali oleh Victor Galtier. Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pastuer membuat vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang belakang anjing yang terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan diatenuasikan dengan pemberian KOH.

Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakan virus rabies pada telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955.

Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel, Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus rabies secara in vitro pada biakan gel.

Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjal anak hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat vaksin rabies inaktif menggunakan virus rabies ymlg dibiakan pada sel ginjal anak hanlster (BHK).

Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer virus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biakan virus memakai otak hewan yang ditulari virus rabies.

Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah yang lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar.

Pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan antara lain dengan jalan mengusahakan agar hewan yang peka terhadap serangan rabies kebal terhadap serangan virus rabies. Oleh karena itu sebagian besar populasi hewan harus dikebalkan melalui vaksinasi. Untuk mencapai keberhasilan vaksinasi dibutuhkan vaksin yang berkualitas baik, tersedia dalam jumlah cukup dan tepat waktu pendistribusiannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Seputar Penularan Penyakit Rabies"

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...